Moment ketika mood baca melimpah ruah, adalah moment yang coba gw manfaatkan dengan baik. Jadilah dalam 4 hari kemarin, gw mampu menamatkan 2 novel yang ditulis oleh pradnya paramitha. Sebelumnya gw sudah selesai menulis review After Wedding, nah kali ini g wakan coba memberikan sedikit pandangan, cailah, aka review ala ala untuk novel Baby Without Daddy.
Sinopsis (Di kutip dari goodreads)
Baby Without Daddy
by Pradnya Paramitha
Paperback, 340 pages
Published December 1st 2020 by Storial
“Aku nggak butuh pernikahan, aku hanya ingin punya anak.”
Mentari tahu segera setelah dia mengatakan hal itu, orang-orang akan menganggapnya gila. Namun, siapa pun yang mengenal Mentari dengan baik, tentu akan tahu bahwa Editor in Chief di penerbit GetBooks itu bukan tipe orang yang peduli apa kata orang. Terlebih, dia punya alasan sendiri kenapa pernikahan menjadi sesuatu yang tak masuk akal baginya. Terserah saja orang menyebutnya jalang. Toh, menurut Mentari, orang-orang itu tak memberinya makan.
Sayangnya, Mentari salah perhitungan. Hamil ternyata tidak semudah yang dia pikirkan, dan menjadi Ibu tidak sesederhana melahirkan anak. Apalagi Mentari baru sadar bahwa dia minta bantuan kepada orang yang salah. Pria itu seharusnya cukup menjadi ayah biologis untuk anaknya. Namun, kini Mentari menyadari bahwa satu-satunya pria yang bisa membuatnya berubah pikiran tentang pernikahan, adalah satu-satunya pria yang tidak mungkin ia dapatkan.

Review
Jadi, jujur nih ya sebelum baca ini, gw ga baca sinopsis di balik buku, jadi gw ga tau cerita ini tentang apa, cuma gw pikir dari judulnya ya pasti tentang hamil di luar nikah.
Dan…memang seperti itu…
Tapi………
Seperti biasa, aja ada cara pradnya mengolah cerita yang biasa menjadi cerita yang luar biasa, kalau dalam hal ini, menjadi cerita yang unik… iya unik dan cukup jarang di ambil di tema-tema novel lokal, karena apa ya mungkin bagi sebagian orang, hal ini seperti ini masih di anggap tabu. Baik kita sebut saja, kali ini pradnya mengangkat tentang LGBT. Lead male nya adalah seorang Gay.
Gw agak kaget sih, karena beneran jarang banget baca hal-hal kayak gini di novel, apalagi di ceritakan dengan begitu gamblang.
Singkat cerita nih ya, Baby Without Daddy ini mengisahkan Mentari, seorang wanita lajang yang mapan, cantik, cerdas, sempurna. Kecuali satu hal, trauma masa lalu membuatnya enggan mengikatkan diri ke komitmen hubungan apapun. Tak heran, “sex bebas” menjadi pilihan atau pelarian Mentari. Paling tidak sex bebas menutupi rasa kesepiannya.
Ketika rasa kesepian sudah tak terbendung, ketakutan hidup sebatang kara hingga ajal menjemput menghantuinyaa, Mentari pun memutuskan untuk memiliki seorang anak. Bukan anak adopsi melainkan anak yang ia lahirkan dari rahimnya sendiri. Namun bukan Mentari namanya apabila tidak memilih “calon ayah” bagi anaknya dengan baik. Setelah melalui proses screening Mentari memilih senior nya yaitu Sabda.
Sabda, Pria tampan nan mapan, pengacara hebat, aktivis pembela masyarakat lemah, menjadi pilihan satu-satunya Mentari. Dia tak butuh lelaki yang mencintai dia, dia hanya butuh lelaki yang sempurna untuk menghamilinya, yang tentunya tidak akan mencintai seorang Mentari…
“Karena cinta hanya akan membuat seorang perempuan menjadi lemah.”
Awalnya Sabda menolak, namun Mentari dengan kegigihannya terus mencoba, dia hanya mau Sabda.. hanya Sabda…
Tapi Sabda tak yakin, bagaimana bisa yakin? Dia tak pernah menyukai perempuan???
Lalu bagaimana kah nasib Mentari?
Well, pas gw tau Sabda gay, gw bener-bener nyaris teriak. Apalagi – map spoiler – ada adegan pacaran antara Sabda dan Kevin hahahaa…
Cuma akhirnya gw gemesh sendiri, karena suka banget deh sama interaksi Mentari dan Sabda, mana frontal banget kalau ngomong. Tektokan dialog nya juga asik.
Walau seolah novel ini mengandung LGBT, tapi please, ini bagus banget karena justru Pradnya berusaha mengorek LGBT dari sisi psikologis, bahwa ada sesuatu loh yang bisa menjadi andil dalam keputusan atau tingkah laku seseorang.
Alur kisah Mentari dan Sabda di buat maju mundur, Pradnya berusaha membongkar lapisan trauma mendalam keduanya secara perlahan, dibandingkan kesal dengan tingkah Mentari atau Sabda, gw justru merasa prihatin. Kayak jadi ngaca gitu, don’t judge a book by its cover.
Selain karakter Sabda yang benar-benar Mr. Perfect, gw juga suka banget sama karakter Kevin. Kevin tuh muncul Cuma dikit, tapi dia seolah memegang peranan penting dari keseluruhan cerita. Duh tapi kayaknya gw tetep mau bahas Sabda sedikit deh. Asli ya, kenapa si Pradnya selalu membuat karakter cowok yang loveable banget???? Asli sih di buat jatuh cinta banget sama Sabda.. he is so nice, too good to be trueeeeeeeeeeeeeeee
Novel ini juga agak sedikit mengandung konten dewasa, jadi buat yang belum berusia 18+ lebih baik tunggu dulu sampai agak dewasa yaa baru baca ini.
Baby Without Daddy memang belum memberikan efek gila seperti yang gw rasakan pasca membaca “ Tentang Kita yang Tak Mengerti Makna Sia-sia “ atau “ After Wedding ” tapi tetap saja, Baby Without Daddy ini menimbulkan efek yang cukup dalam buat gw. Nice Story to read tho!
Gw suka juga sama sama epilogue dan bonus story di akhir,, gemes banget banget…. Uwuwuuw babiesssss ……
Pada akhirnya, lagi-lagi gw merekomendasikan novel ini untuk kalian baca! Dengan jumlah halaman yang relatif sedikit, hanya sekitar 340 – 360 halaman, rasanya tidak butuh waktu lama buat kita menamatkan novel ini.
Happy reading!